Kamis, 25 Desember 2014

Angin kencang


Satu hal yang selalu melekat di sifat si Gombloh, yaitu sifatnya yang pelupa. Maklum, otaknya masih ber-prosesor paling rendah. Selepas kisah cintanya yang bagaikan "Beauty and the Beast" kandas, dia selalu saja galau.

Gombloh : Aku mau bunuh diri.

Ricky : Kan udah kemarin bunuh dirinya.

Gombloh : Oh iya, lupa. (mikir sejenak apa yang mau di omongkan) Aku mau cari pengganti Alexandra aja.

Bunuh diri


Saat itu matahari sangat terik, tepat jam 12 siang. Gombloh memiliki teman yang bernama Ricky, mereka sama-sama perantauan. Mereka adalah teman sekampus, dan akhirnya mereka dekat dan memutuskan untuk menyewa rumah bersama. Cerita pun dimulai dari Gombloh yang menelepon si Alexandra, pacarnya.

Gombloh : Aku kurang apa si sama kamu cin? (ucap Gombloh di telpon. cin adalah panggilan untuk Alexandra)

Dan entah apa yang mereka bicarakan, akhirnya Gombloh marah-marah di telepon dan dia menutup telepon dengan muka sedih.

Perkenalan dulu ya


Ini adalah cerita tentang kehidupan si Gombloh, sebenarnya sih nama aslinya bukan Gombloh. Nama aslinya adalah Mukimin, Gombloh adalah nama pangilan dari teman-temannya. Anaknya lucu, baik, tapi tingkahnya sedikit error, mungkin urat sarafnya miring makanya begitu.

Jangan liat dari namanya yang mungkin ndeso, dia itu termasuk salah satu orang terkaya di daerahnya. Orang tuanya memiliki kebun teh dan bisnis yang lain. Dia sering mengalami masalah jika naik angkot, itu di karenakan setiap turun dari angkot, kepalanya selalu terbentur pintu. Ini tak lain dari tinggi Gombloh (mungkin dia bayi di kasih makan bubur bambu), tingginya sekitar 185 cm.